Indonesia, meskipun memiliki basis penggemar sepak bola yang fanatik, sayangnya tidak luput dari praktik pengaturan skor (match-fixing). Salah satu periode yang paling banyak disorot dan diselidiki secara serius adalah skandal yang melibatkan beberapa figur kunci di Liga 2 dan Liga 3, yang puncaknya terungkap pada tahun 2018-2019.
Latar Belakang: Kecurigaan yang Memuncak
Kecurigaan publik dan media terhadap adanya praktik pengaturan skor sudah lama beredar, terutama setelah melihat hasil pertandingan yang dianggap tidak logis atau keputusan wasit yang kontroversial. Namun, kasus ini mulai mendapatkan perhatian serius ketika pengakuan terbuka muncul ke permukaan.
1. Pengakuan Pelaku dan Investigasi Satgas Anti-Mafia Bola
Titik balik utama dalam pengungkapan kasus ini adalah pengakuan dari beberapa pihak yang terlibat, termasuk manajer klub dan wasit, yang mengungkap struktur dan aliran dana suap.
- Pembentukan Satgas: Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) membentuk Satgas Anti-Mafia Bola untuk menanggapi desakan publik dan mengusut tuntas skandal ini.
- Tujuan Pengaturan: Fokus pengaturan skor adalah untuk memuluskan langkah tim tertentu agar bisa naik kasta promosi dari Liga 3 ke Liga 2, atau memastikan tim lain terdegradasi ke kasta yang lebih rendah.
2. Aktor Kunci dan Modus Operandi
Investigasi Satgas Anti-Mafia Bola mengungkap jaringan yang terorganisir melibatkan beberapa figur penting dalam struktur sepak bola Indonesia:
- Anggota Komisi Disiplin (Komdis) dan Wasit: Beberapa anggota Komisi Wasit dan Komisi Disiplin PSSI diduga terlibat sebagai penghubung (fixer) yang menjamin hasil pertandingan sesuai keinginan bandar. Peran mereka adalah memastikan wasit yang bertugas di pertandingan tertentu “netral” atau menguntungkan pihak yang menyuap.
- Manajemen Klub: Klub-klub yang memiliki ambisi promosi (terutama dari Liga 3) menjadi pihak yang paling sering mengeluarkan uang suap untuk membeli kemenangan, atau setidaknya, memastikan mereka tidak kalah.
- Besaran Suap: Jumlah suap yang beredar bervariasi, dari puluhan hingga ratusan juta Rupiah per pertandingan, tergantung pada seberapa krusial pertandingan tersebut dan seberapa tinggi jabatan yang disuap.
3. Dampak dan Sanksi
Pengungkapan skandal ini memberikan dampak yang besar bagi tata kelola sepak bola nasional:
- Penetapan Tersangka: Satgas menetapkan beberapa tersangka dari berbagai elemen, termasuk petinggi PSSI, wasit, dan manajer klub. Kasus ini menunjukkan bahwa praktik match-fixing sudah merusak hingga ke tingkat struktural dan administratif.
- Hukuman Sanksi PSSI: Komisi Disiplin PSSI juga menjatuhkan sanksi berat berupa larangan beraktivitas di dunia sepak bola Indonesia selama beberapa tahun kepada pihak-pihak yang terbukti terlibat.
- Gerakan Bersih-Bersih: Kasus ini memicu gerakan masif untuk “bersih-bersih” di internal PSSI dan liga, meskipun tantangan untuk memberantas tuntas mafia pengaturan skor tetap besar.
Kasus pengaturan skor di Indonesia menjadi pengingat yang menyakitkan bahwa olahraga yang seharusnya menjunjung tinggi sportivitas dan integritas dapat dengan mudah dikorbankan demi keuntungan finansial ilegal. Perjuangan untuk memastikan pertandingan berjalan jujur dan tanpa campur tangan mafia masih terus berlangsung hingga saat ini.
